Nelson Mandela kerap terlihat mengenakan kemeja bermotif rumit dengan warna-warna cerah. Kebanyakan orang mungkin berasumsi bahwa ini adalah desain suku yang menggunakan metode pewarnaan kain Afrika kuno. Faktanya, kemeja olahraga kebanggaan Mandela memiliki asal-usul setengah jalan di seluruh dunia, di pulau-pulau di kepulauan Melayu, di mana kain tersebut dikenal dengan sebutan batik. Tradisi pembuatan kain batik dibawa ke Afrika Selatan oleh buruh Jawa yang diangkut paksa oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda ke Tanjung Barat. Baju Madiba (dinamai sesuai nama marga Mandela) mengadaptasi batik tradisional dengan menggunakan warna dan motif Afrika serta menunjukkan keserbagunaan dan daya tariknya yang luas.
Batik mungkin adalah metode penolakan pewarnaan kain yang paling terkenal. Resist pewarnaan melibatkan penerapan zat yang menghentikan pewarna mencapai bagian tertentu dari kain untuk membuat pola. Cara ini dapat menggunakan lilin (seperti pada batik Jawa), pasta beras (tsutsugaki Jepang) atau dapat mengikat bagian kain (‘pewarna ikat’ atau bandhani India). Di sebagian besar wilayah Asia Tenggara, lilin diaplikasikan menggunakan cerat tembaga yang memungkinkan pengrajin membuat pola yang rumit dan lebar garis yang berbeda. Area lilin baru dapat diaplikasikan dan kain yang biasanya katun atau sutra, dapat diwarnai ulang sehingga menghasilkan desain dan warna yang lebih rumit. Setelah desain dan pewarnaan selesai, lilin dihilangkan dan kain siap digunakan. Metode tradisional untuk membuat batik ini sangat memakan waktu dan membutuhkan keterampilan tingkat tinggi sehingga berbagai perangkat hemat tenaga kerja telah diperkenalkan ke dalam proses tersebut termasuk sikat untuk lilin dan perangko tembaga yang mengaplikasikan lilin. Setiap batik produksi tangan membutuhkan waktu lama dan bisa sangat mahal, sehingga kebanyakan kain batik modern sebenarnya adalah batik cetak, tetap mempertahankan pola dan warna batik tetapi tanpa menggunakan teknik pewarnaan lilin.
Ada tradisi pembuatan dan jual seragam batik di banyak bagian Asia Tenggara, khususnya di Indonesia dan Malaysia, masing-masing dengan desain, warna, dan pengaruh budaya yang berbeda-beda. Mungkin yang paling terkenal dan berpengaruh adalah batik Jawa dan khususnya yang berasal dari kota-kota kerajaan Yogyakarta dan Solo. Batik ini sering diproduksi dalam warna tradisional hitam, coklat, nila dan kuning tua, menggunakan pola yang mewakili cerita rakyat, tradisi, dan alam, dan memiliki nilai budaya yang sangat penting bagi orang Jawa. Kain batik dipakai pada acara pernikahan, pemakaman, untuk menggendong bayi, dan merupakan bagian tak terpisahkan dari tradisi budaya Jawa seperti menari dan wayang golek. Pengaruh vital batik terhadap kehidupan budaya Indonesia telah diakui oleh UNESCO yang pada tahun 2009 mendeklarasikan batik Indonesia sebagai bagian dari Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan: sebuah kehidupan, tradisi budaya, sangat erat kaitannya dengan masyarakat setempat. UNESCO mengakui batik Indonesia sebagai kerajinan terjalin dengan identitas budaya masyarakat Indonesia dan, melalui makna simbolis warna dan desainnya, mengekspresikan kreativitas dan spiritualitas mereka.
Di zaman modern Indonesia, batik telah menjadi bagian dari kehidupan budaya yang bergaya dan populer, vital bagi ekonomi kreatif, daya tarik penting bagi wisatawan, dan aspek kunci identitas nasional. Pramugari maskapai nasional Indonesia Garuda mengenakan batik print sebagai bagian dari seragam mereka, seperti yang dilakukan oleh maskapai nasional Singapura dan Malaysia. Orang-orang muda yang sadar mode semakin beralih ke kemeja, gaun, dan syal batik untuk pakaian kasual, batik semakin populer untuk sejumlah acara sosial seperti pernikahan, serta mempertahankan arti pentingnya untuk upacara budaya, dan batik sedang berkembang. ke cat-walk dan toko perancang busana internasional ternama. Ini semakin populer di seluruh dunia juga, dan digunakan untuk perabotan, keperluan dekoratif seperti taplak meja.